Ikan-ikan Bisa Bersama
Oleh: FCQA

Ikan-ikan dalam Kolam hidup berdampingan, aku lihat kerukunan mereka. Menghilangkan rasa penat. Kolamnya tidak lebar dan tidak juga kecil, mungkin lebih besar dari "swiming-pool" para pejabat. Airnya menghijau, ada pancuran untuk saringan kotoran. Pancurannya sederhana terduat dari potongan pipa, bukan besi seperti pancuran "shower" para birokrat.

Aku duduk dipinggiran kolam, ku lihat perlahan, ku dengar dan ku perhatikan. Bukan hanya satu jenis ikan, bukan hanya satu warna, besarnya berbeda-beda, mereka muncul dipermukaan seperti menyapa. Menyapa angin, menyapa alam, mungkin pula menyapa Tuhan. Menyapa pemiliknya: mereka seperti berkata: "kapan waktu makan tiba?"

Ikan Emas, Ikan Mujair ada pula ikan koi, ada yang kecil, sedang dan ada yang besar. Ikan Emas: berkumpul dengan ikan Emas, Ikan Emas juga berkumpul dengan Mujair, ikan kecil berkumpul dengan ikan besar saling menjaga dan menyayangi. Ikan emas berwarna indah, namun mereka bisa bersama, dengan mujair yang berwarna biasa, bahkan kurang cantik rupanya. Yang gesit tidak menindas yang lambat, yang lambat berlindung pada yang gesit. Sesekali mereka berkejaran, karena mereka faham: "hidup harus mencari kebahagiaan kebahagiaan".

Mengangap-ngangap ikan Mujair; mungkin bersuara melepas getir, atau bisa jadi berbahasa: "Aku lapar, aku lapar, wahai manusia".

Seandainya semua manusia, belajar dari yang sederhana. Tidak harus membuat membuat deklarasi. Seperti disana, diforum PBB yang kadang beda nyatanya.
Belajar saja dari ikan-ikan, mereka berbeda, bisa bersama. Belajar saja dari ikan-ikan. Meski beda kuatnya, namun tak saling menindas. Bukanlah bagi ikan-ikan yang terbanyak lantas menerkam yang sedikit. Itu terjadi mungkin pada lele. Namun kita manusia, bukan lele yang makan apasaja bahkan tai.

Tempat mereka tidak besar, tapi mereka bisa hidup. Tak perlu dilautan, dikolampun mereka penuh perdamaian. Indonesia pun begitu, Negara yang sedang, tak besar tak kecil. Berbeda ras, suku, budaya dan bahasa. Tapi sayang akhir-akhir ini kita sedang tak bersyukur. Kita tak sedang menghormati, bahkan kadang mengintimidasi.

Kolam ini ibarat NKRI, dan Ikan yang beda jenis manusia Indonesia. Prinsip hidupnya Bhinneka Tunggal Ika, sedangkan airnya adalah Pancasila. Hukum mereka cukup sama-sama mengerti sama-sama memahami, manusia imdonesia pula cukup UUD 45 yang dirancang pendiri Bangsa. Inilah pelajaran berharga, hasil perasan kontemplasi diatas kolam. Jangan terlalu jauh melihat masa-lalu, apalagi melihat ke bangsa asing. Kita bisa hidup bersama: "Asalkan jaga 4 Prinsipnya". Aku pula masih berusaha, tak merasa lebih sempurna, sebab tak ada yang sempurna; selain merek rokok dan lagunya Andra.

Palu, 24 Mei 2017