Manusia dan Bumi: Paradoksal - Kontradiktif Hak dan Kewajiban
Oleh: FCQA
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs Al-Baqarah ayat 30)
Hari ini, 5 Juni 2017 tepatnya menjadi hari peringatan Lingkungan Hidup Dunia. Mengapa harus ada hari lingkungan hidup? Jawabnya, manusia tidak pernah lepas dari lingkungan atau bumi, tempat berpijak semua makhluk hidup, Manusia dan Bumi ibarat keong dan cangkangnya. Saling membutuhkan dan menjaga. Peringatan ini juga untuk mengingatkan manusia bahwa lingkungan harus dijaga dan dilestarikan agar keseimbangan dan kehidupan terus berjalan. Sebagaimana momennya, tulisan ini pula akan mengarah pada manusia dan lingkungan.
Sebelum dibuka lebih dalam, kita mulai dengan mengartikan kata dari judul yang tertera diatas, sehingga pembaca mampu dengan mudah memahami tulisan yang sederhana ini.
Kata Paradoksal dalam KBBI, pa·ra·dok·sal a seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Dan kata Kontradiktif dalam KBBI, kon·tra·dik·tif a bersifat kontradiksi; berlawanan; bertentangan.
Pembahasan pertama akan terarah pada tukilan ayat Al-Quran diatas. Allah berfirman bahwasanya manusia dijadikan pemimpin dimuka bumi ini, menurut tafsir yang dikatakan para ulama mufassir, pertanyaan malaikat ini memang atas dasae kehendak Allah. Karena Malaikat adalah makhluk yang taat dan tak pernah protes, namun dalam konteks ayat ini, sengaj Allah membuka didepan Malaikat untuk memuliakan Manusia (pada waktu itu Nabi Adam A S). Keprotesan Malaikat ini lalu dibalas dengan Allah, dengan "Aku lebih Mengetahui" maksudnya adalah Allah tahu Manusia meskipun segolongan membuat kerusakan namun pasti akan ada segolongan lagi yang membuat kemashlahatan yang lebih besar kadarnya daripada golongan yang membuat kerusakan dimuka Bumi.
Karena pertanyaan Malaikat ini atas ijin Allah, maka pasti terjadi dalam kehidupan manusia yang sebenarnya. Kita bisa menengok bahwa banyak sekali kerusakan yang dilakukan segolongan Manusia yang rakus. Mereka tidak memikirkan panjangnya kehidupan dan generasi depan. Atau isitilah katanya "aji mumpung" mumpung bisa mengeruk bumi, mumpung bisa membuang limbah, dan mumpung yang lain, yang itu mengancam kehidupan bumi dan lingkungan di hari depan.
Dalam Buku Filsafat Antropologi Manusia: Paradoks dan Seruan, yang ditulis oleh Adelbert Sneijder, OFM. Cap. Dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paradoks. Paradoks dalam konteks ini, adalah 2 hal yang sama benar tapi kebenarannya bertentangan. Sedangkan disebutkan pula arti daru Kontradiksi, yang berarti sesuatu yang bertentangan, jika yang satu benar maka yang satu mesti salah.
Paradoksal manusia bisa dilihat dari konteks pembahasan agama islam pula. Manusia sebagai tuan tapi juga sebagai abdi. Bahasa Islamnya Khalifah dan Abdun.
Memang, manusia adalah pemimpin dimuka bumi ini yang memiliki hak mengatur isi Bumi dan menjadi wajil Tuhan dimuka Bumi. Maka idealnya Kewajiban Manusia adalah menjaga Bumi dan melestarikannya agar manfaatnya dirasakan untuk kelangsungan hidup manusia seterusnya. Ini semua akibat ulah segolongan manusia yang bersikap Kontradiksi dalam sikapnya, ia sadar akan Haknya untuk mengatur namun perilakunya tidak bertanggung jawab atas pengaturannya yang seringkali merusak Bumi.
Para ahli Bumi telah mengatakan bahwa lapisan ozone di bumi yang berfungsi untuk melindungi Bumi dari benda-benda yang akan jatuh di Bumi kini keadaannya semakin lama menipis.
Dalam sesi diskusi saya dengan Dosen dalam kelas, ia bercerita, ketika Einstein menciptakan teori-teori fisika, ia berteriak dari dalam kamarmya. Semua yang ada didalam rumahnya menghampirinya menuju kamar itu dan menanyakan apakah yang terjadi. Einstein mengatakan bahwa memang hal yang harus terjadi adalah suatu saat akan terjadi kiamat. Kata teori fisika suatu saat akan ada waktu Matahari tidak lagi mampu menyinari planet-planet dan menjadi pusat tata surya, sehingga kematian sinar matahari itu menbuat planet tak lagu seimbang garis orbitnya dan akan bertabrakan. Hancur lebur pastinya.
Ada pelajaran yang saya ambil. Jika apa yang dikatakan Einstein adalah kiamat besar, maka upaya manusia adalah bagaimana caranya agar mencegah kiamat kecil. Kiamat kecil ini seperti longsor, banjir dan bencana lainnya yang mampu mengancam kehidupan manusia.
Sudah banyak korban jiwa akibat bencana, banjir, longor dikarenakan ulah tangan manusia yang tak bertanggung jawab. Ia hidup dari lingkungannya dan buminya. Tapi ia tak bertanggung jawab dan tak memperbaharui SDA yang ia manfaatkan untuk kanting pribadinya. Akhirnya terjadilah bencana yang kita saksika beberala tahun belakangan ini. Semakin panasnya Bumi juga tak lepas karena tangan manusia yang tidak menjaga libgkungan. Menghabiskan pohon-pohon, untuk proyek-proyek Industri, tapi tak mampy menanamkan pohon-pohon kembali. Laut penuh limbah menyebabkan ikan dan ekosistem didasar laut rusak dan mati, itu semua akibat manusia yang tak bertanggung jawab. Yang berbuat kontradiktif!
Untuk itu tulisan ini mengarah agar kita mengingat kembali hak dan kewajiban kita sebagai makhluk yang paradoks dan jangan bertindak kontradiksi. Mulai sekarang kita jaga Bumi kita, minimal pelihara lingkungan disekitar tempat tinggal, maksimal mengupayakan membuat hutan kota, atau penanaman kembali pohon, untuk mengimbangi libgkungan agar tidak panas. Terlebih Kabupaten Bekasi adalah Sektor Industri terbesar se Asia Tenggara, seharusnya lebih giat lagi merawat alam. Semoga dengan momen Lingkungan Hidup sedunia ini, manusia dimuka Bumi kembali menyadari perannya yang paradoks. Yakni sebagai Pemimpin dan sebagai Hamba.
Selamat Hari LH seDunia
5 Juni 2017
0 Comments