Oleh: Fajar Chaidir Qurrota A’yun
Descartes seorang filsuf dari faham Rasionalisme yang hidup sekitar abad 15 yang juga mempelopori terjadinya Renaisans berkata, “Cogito Ergo Sum” yang berarti: “Aku berpikir maka aku ada”. Aristoteles, Filsuf abad 300-400 SM pula menyebutkan bahwa manusia adalah “animale rationale” yang berarti makhluk yang berpikir. Sehingga dengan berpikir ini, manusia akan mencapai tingkat kemanusiaannya sebagai manusia. Mengapa begitu? Sebab, Tuhan yang menciptakan semua ini memberikan gelar “Khalifah” atau pemimpin. Tentunya untuk menjadi seorang pemimpin Tuhan memberikan perangkat atau alat kepada manusia agar berbeda dari yang dipimpin, yaitu akal yang digunakan untuk berpikir. Itulah sekilas tentang dasar dari manusia berpikir.
Sudah seharusnya sebelum saya membahas terkait tentang “Berfikir Kritis” saya akan memberikan definisi dari kedua kata, yakni berfikir dan kritis. Sebab dalam kajian Ilmu “Mantiq” sebelum kita membenarkan sesuatu maka kita harus mengerti terlebuh dahulu sesuatu itu apa (mentashawwurkan terlebih dahulu kemudian baru mentashdiqan sesuatu).
Berpikir
Berpikir berasal dari kata pikir (kalimat pasif) kemudian ditambah awalan ber, dan ia berubah menjadi kalimat aktif. Dalam KBBI kata pikir berarti Akal Budi; kata dalam hati; pendapat (pertimbangan). Dalam perspektif Psikologi yang termaktub dalam buku Psikologi Pendidikan tulisan Drs. Sumardi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. Menurut Plato (Filsuf Abad 400-300 SM) beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Sehingga dengan pendapat Plato dikemukakan dua kenyataan:
Berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berfikir aktif, dan
Aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir itu mempergunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Dari pendapat plato ini kita bisa menyimpulkan bahwa berpikir adalah sebuah aktifitas yang berasal dari subjek yang berakal dan bersifat Ideasional (bersifat gagasan atau ide).
Kritis
Kata kritis masih mengandung banyak pengertian, diantaranya kata kritis bila ditinjau dalam matra waktu, bisa mengandung pengertian “keadaan yang gawat” atau bisa pula diartikan menjadi “keadaan yang secepatnya butuh keterampilan dan kreatifitas untuk mengambil sebuah keputusan”. Namun berbeda pula pengertian jika kritis itu bersifat aktivitas. Dalam aktivitas Kritis (KBBI) berarti: Bersifat tidak lekas percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam dalam penganalisisan.
Karena analisis masih berhubungan (koheren) dengan proses berpikir, maka dalam pengertian ini kritis berdefinisi dalam definisi yang terakhir disebutkan diatas, yakni bersifat analisis.
Dengan mengartikan kata Berpikir dan kata Kritis telah dengan mudah kita mendefinisikan berpikir kritis. Menurut saya berpikir kritis ialah berpikir yang menggunakan metode-metode kefilsafatan seperti analisa, sintesa, ditambah dengan perangkat metodenya yakni: logika, induksi, analogi dan komparasi.
Saya meyakini bahwa setiap manusia yang berakal sehat, pasti mampu melakukan aktifitas berpikir kritis, tentunya berpikir kritis ini tidak langsung mampu, namun membutuhkan latihan-latihan untuk bisa berpikir kritis. Dalam berpikir kritis harus ditentukan orientasi. Artinya, apa yang ditruju dalam berpikir kritis.
Saya memperhatikan para pemikir dalam buku-buku filsafat dan lain sebagainya. Mereka berpikir kritis untuk menemukan 2 hal, yaitu keadilan dan kebenaran. Dan aktifitas mencari 2 hal dengan berpikir kritis ini tidak boleh berhenti seumur hidup seorang manusia. Jika proses berpikir kritis itu berhenti maka sama artinya mengingkari hakikat manusia yang berfikir dan juga beranggapan bahwa sudah ada dalam titik kebenaran, sedangkan kebenaran berarti: “benar yang sebenar-benarnya benar. Semoga kita mampu terus berpikir!
0 Comments